Setiap mukmin pasti telah mengetahui tujuan hidupnya di dunia ini. Ya, seorang mukmin yang menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman hidup pastilah telah mengetahui bahwasanya tujuan hidupnya adalah sebagaimana yang telah Allah sebutkan dalam firman-Nya“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.(Adz-Dzariyat : 56).
Dalam memenuhi tujuan hidup kita ini, Allah mendorong kita untuk berlomba-lomba dalam memperbanyak amal shalih. Allah berfirman,
“Berlomba-lombalah kalian kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar”. (Al-Hadid : 21)
Akan tetapi, bagaimanakah cara kita memaksimalkan diri untuk mendapatkan pahala amal sholeh yang banyak dalam waktu hidup kita yang singkat ini? Karena Nabi shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda “Usia umatku antara 60 hingga 70 tahun, dan hanya sedikit yang bisa melampaui usia tersebut” (HR. Ibnu Majah: 4236, Syaikh Al Albani mengatakan: hasan shahih).
Ya, rata-rata usia hidup kita hanyalah sekitar 60-70 tahun saja, bahkan tak sedikit yang telah berpulang sebelum mencapai usia tersebut. Itu pun belum dikurangi dengan masa kecil kita, waktu kita untuk tidur dan lain-lain, sehingga usia produktif kita dalam beramal shaleh tentunya akan lebih sedikit lagi.
Di sinilah letak rahmat Allah terhadap hamba-hambaNya. Allah melipatgandakan pahala kebaikan para hamba mulai dari 10 kali lipat bahkan lebih. Tidak hanya itu, Allah pun memberitahukan melalui lisan Nabi-Nya, bahwasanya ada amal-amal kebaikan yang pahalanya dapat terus mengalir meskipun kita telah mati atau biasa disebut dengan amal jariyah. Nah, amal-amal apakah yang termasuk ke dalam amal jariyah? Yang semestinya kita banyak berbekal dengan amal-amal kebaikan ini?
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda “Jika manusia mati, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: (1) sedekah jariyah, (2) ilmu yang diambil manfaatnya, (3) anak shalih yang selalu mendoakan orang tuanya.” (HR. Muslim, no. 1631)
Sedekah Jariyah
Amal kebaikan pertama yang pahalanya dapat terus mengalir adalah sedekah jariyah. Di antara salah satu bentuk sedekah jariyah adalah ikut menyumbang dalam pembangunan masjid, namun jangan mengira bahwa seseorang baru akan mendapatkan pahala ketika ia membangun satu masjid dengan uangnya sendiri, sekedar satu batu bata yang disumbangkan untuk ikut membangun masjid pun sudah mendapatkan pahala, Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda “Siapa yang membangun masjid karena Allah walaupun hanya selubang tempat burung bertelur atau lebih kecil, maka Allah bangunkan baginya (rumah) seperti itu pula di surga.” (HR. Ibnu Majah no. 738. Dishahihkan oleh Al-Albani)
Pada hadits di atas disebutkan bahwa meskipun seseorang membangun masjid sekecil sarang burung pun, Allah akan membangunkan baginya rumah di Surga. Ya, sebesar sarang burung yang kurang lebih seukuran satu bata saja.
Seseorang pernah bertanya kepada Lajnah Daimah (Lembaga Fatwa Resmi Di Arab Saudi ) ”Kalau seseorang menyumbangkan sejumlah uang untuk dirinya dan keluarganya untuk membangun masjid bersama sekelompok orang, apakah hal itu termasuk shodaqah jariyah bagi setiap masing-masing?
Jawaban pertanyaan tersebut: ”Shadaqah harta atau ikut serta dalam membangun masjid termasuk shadaqah jariyah bagi orang yang bershadaqah atau untuk orang yang dia niatkan, jika niatnya baik dan sumber hartanya dari penghasilan yang baik.” (Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah, 6/237)
Kemudian, di antara yang termasuk amalan sedekah jariyah lainnya adalah berbagai macam wakaf yang dapat dimanfaatkan oleh manusia, seperti mewakafkan Mushaf Al Qur’an, mewakafkan buku-buku Islam, mewakafkan sumur dan lain sebagainya.
Menyebarkan Ilmu Yang Bermanfaat
Amal berikutnya yang dapat memberikan pahala yang terus mengalir adalah ilmu yang bermanfaat. Yang dimaksud ilmu yang bermanfaat pada hadist ini adalah ilmu agama yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadits Nabi yang shohih. Ilmu yang bermanfaat ini bisa berupa pengajaran ilmu agama kepada orang lain atau menulis artikel atau buku agama, yang kemudian orang-orang pun mengamalkan kebaikan dari pengajaran atau tulisan tersebut. Selama amal kebaikan itu terus dilakukan, maka kita akan terus mendapatkan pahala. Terlebih lagi jika orang lain yang mendapatkan ilmu tersebut mengajarkannya kepada orang lain lagi, maka pahala pun akan terus mengalir ke kita.
Nah, di era internet sekarang ini, dimana media sosial sudah menjadi kebutuhan kebanyakan manusia, kita dengan mudahnya bisa ikut serta mendapatkan pahala jariyah dari ilmu yang bermanfaat ini, yakni dengan membagikan ilmu agama yang benar, ilmu agama yang berdasarkan Al Qur’an dan hadits Nabi yang shohih yang sesuai dengan pemahaman Nabi dan Para Sahabatnya, baik itu dengan tulisan, dengan poster dakwah, video kajian dan lain sebagainya. Betapa mudahnya amal jariyah ini bisa kita dapatkan pahalanya, hanya tinggal klik share, tidak sampai 1 menit, selesai. Namun adakah kita melakukannya? Tidakkah hati kita tergerak dengan hadits Nabi berikut “Barangsiapa memberi petunjuk pada kebaikan, maka ia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengikuti ajakannya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun juga.”
(HR. Muslim no. 2674)
Tidak perlu malu menshare ilmu agama yang bermanfaat di medsos, karena kita tidak pernah tahu amalan mana yang kelak dapat memperberat timbangan amalan kebaikan kita di akhirat.
Doa Anak Yang Shaleh
Amal jariyah terakhir yang disebutkan oleh Nabi pada hadits di atas adalah doa anak yang shaleh. Ya, doa anak yang shaleh akan bermanfaat bagi orang tuanya di alam kubur. Doa dari anak yang shaleh akan mengangkat derajat orang tua kelak, selama orang tua tersebut meninggal dalam keadaan beriman (bukan meninggal di atas kekafiran). Hal ini sebagaimana yang disebutkan oleh Nabi shollallahu alaihi wasallam dalam haditsnya, beliau bersabda “Sungguh, Allah benar-benar mengangkat derajat seorang hamba-Nya yang shalih di surga,” maka ia pun bertanya: “Wahai Rabbku, bagaimana ini bisa terjadi?” Allah menjawab: “Berkat permintaan ampunan dari anakmu bagi dirimu”. (HR: Ahmad, Ibnu Majah. dinilai Shahih oleh Syaikh Al-Albani).
Oleh karena itu, sudah sepantasnya bagi kita para orang tua untuk menjadikan tujuan utama dalam mendidik anak-anak adalah membentuk generasi yang sholeh, anak-anak yang senantiasa mengingat kita di saat kita amat membutuhkan tambahan amal kebaikan. Sungguh, ketika telah mati kelak, kita baru akan betul-betul menyadari bahwasanya kita lebih butuh anak yang sholeh daripada anak yang hanya memiliki prestasi unggul dalam perkara dunia, anak yang kaya, anak yang memiliki titel sarjana, master, doktor atau bahkan professor sekalipun namun nol besar dalam perkara agama.
Kemudian, berkaitan dengan pembahasan ini, Nabi mengkhususkan anak yang sholeh dalam hadits tersebut, hal ini menunjukkan bahwasanya seorang anak akan betul-betul bisa berbakti kepada kedua orang tuanya apabila ia menjadi pribadi yang sholeh, karena sesungguhnya anak yang sholeh akan membantu meringankan pertanggungjawaban kedua orang tuanya kepada Allah kelak di akhirat. Pertanggung jawaban ini sebagaimana pernah disebutkan oleh Nabi dalam haditsnya
“ketahuilah, Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya atas yang di pimpin, penguasa yang memimpin rakyat banyak dia akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya, setiap kepala keluarga adalah pemimpin anggota keluarganya dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya, dan isteri adalah pemimpin terhadap keluarga di rumah suaminya dan juga anak-anaknya, dan dia akan dimintai pertanggungjawabannya terhadap mereka.”(HR Bukhari 6605)
Yang tak kalah pentingnya, sesungguhnya amal-amal jariyah di atas baru akan bermanfaat dan menghasilkan pahala bagi kita meskipun kita telah tiada jika dilakukan semata-mata ikhlas karena Allah. Ketika kita bersedekah jariyah, kita melakukannya bukan karena ingin disebut-sebut sebagai orang yang dermawan. Ketika kita menyebarkan ilmu yang bermanfaat, kita melakukannya bukan karena ingin dikenal sebagai orang yang berilmu atau alim, akan tetapi kita melakukan kesemua itu ikhlas semata karena Allah.
Terakhir, apabila seandainya kita tidak mampu untuk melakukan amal yang dapat menghasilkan pahala jariyah sebagaimana yang telah disebutkan di atas, setidaknya pastikanlah jangan sampai ada amalan kita yang menghasilkan dosa jariyah setelah kita mati nanti.
Demikian tulisan dari kami, semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan menjadi amal jariyah bagi penulis dan dapat diamalkan oleh kita semua. Segala puji bagi Allah yang hanya dengan nikmat-Nya sajalah segala amal kebaikan menjadi sempurna. Wallahu a’lam.